Selamat Datang di blog saya...berhubung saya adalah anak sejarah skarang saya akan memberikan info mengenai sejarah perkembangan islam...selamat membaca semoga bermanfaat.
SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM
Khalifah adalah pemimpin yang
diangkat sesudah nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas
sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.
Dalam sejarah
Islam, sempat orang pengganti nabi yang pertama adalah para pemimpin yang adil
dan benar. Mereka menyelematkan dan mengembangkan dasar-dasar tradisi dari nabi
bagi kemajuan Islam dan umatnya. Karena itu gelar “yang mendapat bimbingan di
jalan lurus” (Al-Khulafa Ar-Rasyidin) diberikan kepada mereka yaitu:
1.Abu BakarAs-Shidiq (11-13 M/632-634 M)
Nama lengkapnya ialah Abdullah bin
Abi Quhafa at-Tamimi. Di zaman praislam bernama Abdulll Ka’bah, kemudian
diganti oleh nabi menjadi Abdullah. Ia termasuk salah seorang sahabat yang
utama. Julukannya ialah Abu Bakar (bapak pemuji) karena dari pagi-pagi betul
(orang yang paling awal) memeluk Islam. gelarnya as-Shidiq di perolehnya karena
ia dengan segera membenarkan nabi dalam berbagai peristiwa, terutama isra’
mi’raj. Nabi seringkali menunjuknya untuk mendampinginya di saat-saat penting
atau jika berhalangan, rasul mempercayainya sebagai pengganti untuk menangani
tugas-tugas keagamaan dan atau mengurusi perosalan-persoalan di Madinah.
Pidato
Inagurasi yang diucapkan sehari setelah pengangkatannya menegaskan totalitas
kepribadian dan komitmen Abu Bakar terhadap nilai-nilai Islam dan strategi
menilai keberhasilan tertinggi bagi umat sepeninggal nabi.
Abu Bakar
menjadi khalifah hanya dua tahun. Masa sesingkat itu ia habiskan untuk
menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh
suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah.
Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat nabi Muhammad, dengan sendirinya
batal setelah nabi wafat. Karena sikap keras kepala dan penentang mereka dapat
membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan in
dengan cara perang Riddah (perang melawan kemudharatan) Khalid Ibn al-Walid
adalah jenderal yang banyak berjasa dalam perang Riddah ini. Riddah berarti
murtad, beralih agama dari Islam ke kepercayaan semula, secara politis
merupakan pembangkang (Distorition) terhadap lembaga khalifah.
Oleh karena
itu, khalifah dengan tegas melancarkan operasi pembersihan terhadap mereka.
Mula-mula hal itu dimaskudkan sebagai tekanan untuk mengajak mereka kembali
kejalan yang benar, kemudian tindakan kebersihan juga dilakukan untuk menumpas
nabi-nabi palsu dan orang-orang yang enggan membayar zakat.
Penumpasan terhadap orang-orang
murtaf dan para pembangkang tersebut terutama setelah mendapat dukungan dari
suku Qutafan yang kuat ternyata banyak menyita konsentrasi, khalifah baik
secara moral maupun politik. Situasi keamanan negara Madinah menjadi kacau,
sehingga banyak sahabat, tidak terkecuali Umar yang dikenal keras, menganjurkan
bahwa dalam keadaan yang begitu kritis lelah baik kalau mengikuti kebijakan
yang lunak. Terhadap ini khalifah menjawab dengan marah.
Selama
peperangan Riddah, banyak dari (penghafal Al-Qur’an) yang tewas. Karena
orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur’an, Umar cemas jika
bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari
Al-Qur’an akan musnah. Karena itu, menasehati Abu Bakar untuk membuat suatu
“kumpulan” Al-Qur’an kemudian ia memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn
Tsabit. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk
salah satu jasa besar dari khalifah Abu Bakar.
Sesudah memulihkan ketertiban di
dalam negeri. Abu Bakar lalu mengalihkan perhatiannya untuk memperkuat
perbatasan dengan Persia dan Byzantium, yang akhirnya menjurus kepada
serangkaian peperangan kedua kekaisaran itu.
Tentara Islam
dibawah pimpinan Musanna dan Khalid ibn Wali dikirim ke Irak dan menaklukkan
Hirah; sedangkan ke Suriah, Abu Bakar mengutus empat panglima, yaitu Abu
Ubaidah, Yazid Ibn Abi Sufyah, Amr Ibn As dan Syutahbil.
Ekspedisi ke
Suriah ini memang sangat besar artinya dalam konstalasi politik umat Islam,
karena daerah protektorat itu merupakan front terdepan wilayah kekuasaan Islam
dengan Ramawi timur. Faktor penting lainnya dari pengiriman pasukan
besar-besaran ke Suriah ini sekaligus dimpimpin oleh empat panglima adalah
karena umat Islam memandang suriah sebagai bagian integral dari
semenanjung Arab.
2.Umar binKhattab (13-23 H/633-644 M)
Ia bernama Umar Ibn Khattab ibn
Nufail keturunan Abdul ‘Uzza Alquraisy dari suku Adi, salah satu suku yang
terpandang muka, ia dilahirkan di Mekkah empat tahun sebelum kelahiran nabi
saw. dia adalah seorang yang berbudi luhur, fasih dan adil serta
pemberani ia ikut memelihara ternak ayahnya, dan berdagang hingga ke Syria ia
juga dipercaya oleh suku bangsanya, Quraisy untuk berunding dan mewakilinya
bila ada persoalan dengan suku-suku lain. Umar masuk Islam pada tahun kelima
setelah kenabian dan menjadi salah satu sahabat terdekat nabi saw. ia berkorban
untuk melindungi nabi saw. dan agma silam. Dan ikut berperang dalam peperangan
yang besar dimasa rasul saw. serta dijadikan sebagai tempat rujukan oleh nabi
mengenai hal-hal penting. Ia dapat memecahkan masalah yang rumit tentang
siapa yang berhak mengganti Rasulullah dalam memimpin umat setelah wafatnya
Rasulullah saw sebelum Abu Bakar meninggal dunia ia telah menunjuk Umar Ibn
Khattab menjadi penerusnya. Dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadi
perselisihan dan perpecahan dikalangan umat Islam. kebijaksanaan Abu Bakar
tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera membaiat Umar. Umar menyebut
dirinya khalifah khalifati Rasulullah (pengganti dari pengganti Rasulullah). Ia
juga memperkenalkan istilah Amir al- Mu’min (Komandan daerah kekuasaan).
Dizaman Umar
gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi, Ibu kota
Syria, Damaskus, jaruh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara
Byazantium kalah dipertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah
kekuasaan Islam.
Karena
perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara
dengan mencontoh administrasi negara dengan mencontoh adminstrasi yang sudah
berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan
wilayah propinsi; Mekkah, Madinah, Syria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina,
dan Mesir. Pada masanya mulai diatur dan ditertibtkan sistem pembayaran gaji
dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif
dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban jawatan
kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan
Bait al-Mal, menempa mata uang, dan menciptakan tahun Hijriah.
Khalifah Umar juga meletakkan
prinsip-prinsip demokratis dalam pemerintahannya dengan membangun jaringan
pemerintahan sipil yang paripurna- kekuasaan Umar membangun jaringan
pemerintahan sipil yang paripurna. Kekuasaan Umar menjamin hak yang sama bagi
setiap warga negara.
Umar dikenal
bukan saja pandai menciptakan peraturan-peraturan baru dua juga memperbaiki dan
mengkaji ulang terhadap kebijaksanaan yang telah ada jika itu diperlukan oleh
panggilan zaman demi tercapainya kemaslahatan umat Islam.
Masa jabatannya
berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak Persia bernama
Feror atau Abu Lu’lah. Untuk menentukan penggantinya. Dia menunjuk enam orang
sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya
menjadi khalifah, enam orang tersebut adalah Utsman, ah-talhah, Zubair, Sa’ad
ibn Ali Waqas dan Aburrahman ibn Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah
dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah melalui persaingan yang agak
ketat dengan Ali bin Abi Thalib.
3.Utsman IbnAffan (23-36 H/644-656 M)
Nama lengkapnya ialah Utsman Ibn
Affan Ibn Abdil As Ibn Umaiyah dari Puak Quraisy. Ia memeluk Islam lantaran
ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah seorang sahabat dekat nabi saw ia sangat
kaya dan menjadi salah seorang sahabat dekat nabi ia sangat kaya tetapi berlaku
sederhana dan sebagian besar kekayaannya digunakan untuk kejayaan Islam.
ia mendapat julukan zul nurain, karena mengawini putri kedua putri nabi saw ia
juga merasakan penderitaan yang disebabkan oleh tekanan kaum Quraisy terhadap
muslimin di Mekkah, dan ikut hijrah ke Abesinia beserta isinya ia menyumbang
950 ekor dan 50 bagol serta 1000 dirham dalam ekspedisi untuk melawn Byzantium
diperbatasan Palestina. Ia juga membeli mata air orang-orang Romawi yang
terkenal dengan harga 20.000 dirham untuk diwakafkan bagi kepentingan umat
Islam, dan pernah meriwayatkan hadits kurang lebih 150 hadits.
Masa pemerintahan beliau adalah yang
terpanjang dari semua khalifah di zaman khulafaurasyidin, yaitu 12 tahun,
tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasaannya menjadi saat yang baik
dan sukses baginya. Para pencatat sejarah membagi zaman pemerintahannya
Ustman menjadi dua periode, ialah 6 tahun pertama merupakan masa pemerintahan
yang baik, dan 6 tahun terakhir merupakan masa pemerintahan yang buruk.
Selama paruh pertama masa
pemerintahannya, Utsman melanjutkan sukses para pendahulunya, terutama dalam
perluasan wilayah kekuasaan Islam. daerah-daerah startegis yang sudah dikuasai
Islam seperti mesir dan Irak terus dilindungi dan dikembangkan dengan melakukan
serangakaian ekspedisi militer yang terencakan secara cermat dan simultan
disemua front.
Karya besar Utsman lainnya
dipersembahkan kepada umat Islam ialah susunan kitab suci Al-Qur’an. Penyusunan
Al-Qur’an dimaksudkan untuk mengakhiri perbedaan perbedaan serius dalam bacaan
Al-Qur’an. Ketua dewan penyusunan Al-Qur’an ialah Zaid bin Tsabit, yang
mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Qur’an antara lain ialah dari Hafsah, salah seorang
isteri nabi saw kemudian dewan itu membuat beberapa salinan naskah Al-Qur’an
untuk dikirimkan ke wilayah-wilayah Gubernuran sebagai pedoman yang benar untuk
masa selanjutnya.
Pada paroh terakhir masa kekuasaanya,
khalifah Utsman menghadapi berbagai pemberontakan dan pembangkangan dalam
negeri yang dilakukan oleh orang-orang yang kecewa terhadap tabiat khalifah dan
beberapa kebijaksanaan pemerintahannya.
Kelemahan dan nepotisme telah membawa
khalifah ke puncak kebencian rakyat, yang pada beberapa waktu kemudian meletus
pertikaiaan yang mengerikan dikalangan umat Islam.
Situasi politik
diakhir masa pemerintahan Utsman semakin mencekam. Bahkan pun usaha-usaha
yang bertujuan baik dan mempunyai alasan kuat untuk kemaslahatan umat disalah fahami
dan melahirkan perlawanan dan masyarakat. Lawan-lawannya menuduh bahwa Utsman
sama sekali tidak mempunyai otoritas untuk menetapkan edisi Al-Qur’an yang
dibukukan itu.
Meskipun demikian, tidak berarti
bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-kegiatan yang penting. Utsman berjasa
membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian
air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan jembatan-jembatan,
masjid-masjid dan memperluas masjid nabi Madinah
3.Ali Bin Abi Thalib (34-41 H/656-661 M)
Ali adalah putra Abi Thalib. Ia
adalah sepupu nabi saw yang telah ikut bersamanya. Sejak bahaya kelaparan
mengancam kota Makkah, demi untuk keluarga pamannya yang mempunyai banyak
putra, Abbas, paman nabi yang lain membantu Abu Thalib dengan memelihara
Ja’far, anak Abu Thalib yang lain, ia telah masuk Islam dalam waktu yang
masih berada pada umur sangat muda. ketika nabi menerima wahyu yang pertama,
menurut Hassan, Ali, berumur 13 tahun, atau 9 tahun menurut Mahmudunasir. Ia
menemani nabi dalam perjuangan menegakkan Islam baik di Mekkah maupun di
Madinah. Dan ia diambiil menantu oleh nabi saw karena kesibukannya merawat dan
memakamkan jenazah Rasulullah saw ia tidak berkesempatan membaiat Abu Bakar
sebagai khalifah, tetapi ia beru membaiatnya setelah Fatimah wafat.
Beberapa hari setelah pembunuhan
Utsman, stabilitas keamanan kota Madinah menjadi rawan. Gafiqy ibn Harb
memegang keamanan ibu kota Islam itu selama kira-kira Lima hari sampai
terpilihnya khalifah yang baru. Kemudian Ali juga segera menurunkan semua
gubernur yang tidak disenangi rakyat. Umar Ibn Hanif diangkat menjadi penguasa
Basrah menggantikan Ibnu Amir, Dais dikirim ke Mesir untuk menggantikan
gubernur negeri itu yang dijabat oleh Abdullah. Gubernur Syria,
Muawiah juga diminta meletakkan jabatan, tetapi ia menolak perintah Ali,
bahkan ia tidak mengakui kekhalifahannya.
Oposisi terhadap khalifah secara
terang-terangan dimulai oleh Aisyah Ialhah dan Zubair. Sehubungan dengan
penentangan terhadap Ali. Mereka sepakat menuntut khalifah segera menghukum
para pembunuh Ustman. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia
mengirim surat kepada Talha dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk
menyeleasikan perkara itu secara damai, namun ajakan itu ditolak. Akhirnya,
pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Yang diknal dengan nama “perang jamal”
(unta) karena Aisyah pada waktu itu menunggang unta. Ali berhasil
mengalahkan lawnnya. Zubair dan Talhah terbunuh ketika hendak melarikan diri,
sedangkan Aisyah di kembalikan ke Madinah
Kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga
mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus, Mu’awiyah yang di
dukung oleh sejumlah bekas jajahan tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan
kejayaan. Memaksa khalifah Ali untuk bertindak. Pertempuran terjadi di
kota tua Siffin dekat sungai Euphrat pada tahun 37 H. perang ini diakhiri
dengan Tahkim (arbitrase), tetapi Tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah,
bahkan menyebabkan timbulnya golongan ke tiga, al khawarij. Orang-orang yang
keluar dari barisan Ali akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali Ibn Abi
Thalib, umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik yaitu mu’awiyah,
syiah (pengikut) Ali, semakin lemah sementara posisi mu’awiyah semakin kuat.
Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H. (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang
anggota khawarij.
Kedudukan Ali sebagai khalifah
kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena
Hasan ternyata lemah, sementara muawiyah ini menyebabkan mu’awiyah menjadi
penguasa absolut dalam Islam, tahun 41 H. (66 M) di kenal dalam sejarah sebagai
tahun am jam’ah.